6. "Monoton"

 Monoton, [berulang-ulang]

    Panggil saja aku Hazel, anak laki-laki yang baru saja memasuki kelas sembilan sekolah menengah pertama itu.

    Walaupun sudah naik kelas, keseharian ku tak ada yang berubah, bangun, sekolah, pulang, dan ulangi. Aku suka bergaul, teman ku banyak, tapi entah mengapa rasanya tak ada yang seru dalam hidup ku.

    Suatu hari, kelas kami kedatangan murid baru, anak laki-laki juga, katanya nama ia, Noel. Ibu guru suruh dia untuk duduk sebangku dengan ku, aku tidak keberatan karena kebetulan aku sendirian. Tapi, uh, dia sangat hening, tak banyak cakap dan gerak, semua yang ia lakukan tampak santai tak terburu-buru. Singkatnya, dia introvert. Aku senang akan hal itu.

    "Gue Hazel, salam kenal ya mas bro" Ujar ku sok akrab, upaya agar kami bisa berteman. Dia senyum, "Noel, salam kenal juga" Jawabnya.

    Semenjak perkenalan sederhana itu kami mulai perlahan akrab, tapi hidup ku masih tetap begitu-begitu saja walau sudah punya sahabat juga. Suatu hari, saat pulang sekolah aku menahan Noel. 

    "Mau main gak?" Tanya ku, Noel menggeleng, "Kalo jauh gue gak bisa" Aku menghela nafas kecewa, "Yaudah gue ngikut lo" Lalu ia ngangguk kecil. YES. Kita main!

    Noel ambil motornya dari parkiran dan kami boncengan, seragam kami acak-acakan lalu angin Bandung begitu kencang. Kami berbincang banyak hal, walau kebanyakan kami cuma saling adu budeg [susah mendengar].

    Kami sampai, diwarung. Aku pikir Noel mau ajak aku nongkrong, taunya-

    "Gue kerja dulu ya Hazel, lo bisa duduk disana" Katanya sembari nunjuk kursi hijau didepan warung itu. Kelas sembilan dan dia bekerja. Iya, menurutku, itu aneh.

    "Gue bantu aja" Dia cuma ngangguk lagi. Terlihat seorang wanita parubaya menyambut Noel, aku pikir itu ibu nya taunya majikan dia dan dia izin bawa aku kerja. 

    Kata majikan nya, "Aman Noel, biar bisa bantu-bantu kamu. Nanti Hazel saya kasih lebihan juga ya" Ujar nya ramah. Terus aku dan Noel gak banyak bicara, dia fokus angkat barang dan antar pesanan terus aku bantuin dia susun-susun barang itu. 

    Hari udah mulai gelap, tapi masih ada satu pesanan lagi yang harus Noel anter, "Ayo Zel, sekalian pulang" Aku nurut aja, karena aku udah capek dari tadi susun barang mulu. Noel hebat banget ya.

    Kami selesai antarkan barang dan Noel ajak aku makan bakso kaki lima, "Sorry ya bro, lo harus ikut gue kerja" Ujar Noel, jujur, aku ga masalah sama itu, hari ini jadi seru, "Santai, gue aman kok" Jawab ku, terus Noel senyum.

    "Tapi kok lo kerja? lo kan masih kelas sembilan?" Tanyaku. Dia kunyah dulu bakso nya sampai habis terus natap aku, "Gue kan mau SMA, Zel. Orang tua gue bukan orang yang mampu, jadi gue cari lebihan lah biar bisa bantu dikit. Gimana ya, bapak gue cuman tukang ojek pangkalan dan ibu gue cuma jualan kue disekolah gitu lah" Dia tetap senyum manis, aku jadi merasa iba.

    "Jangan kasihan sama gue, Zel. Gue kerja kok bukan mulung" Terus dia ketawa dan aku juga ikut ketawa aja. Gara-gara Noel hari ini jadi beda dan aku juga mau bersyukur banyak ke Tuhan karena aku ga perlu bekerja selelah itu diumur segini. 

    Semoga Noel sukses selalu ya, dan aku juga begitu.

Blog ini ditulis sejumlah, 529 kata.


The End. Kalau pun hari kamu monoton, tetap selalu bersyukur ya, ga semua orang seberuntung kamu.




Komentar

Postingan Populer